SISTEM PENDIDIKAN FULLDAY SCHOOL DAN TERPADU

SISTEM PENDIDIKAN
FULLDAY SCHOOL DAN TERPADU

A.    Pendahuluan
Usia anak-anak adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang termasuk juga
intelegensi hampir seluruhnya terjadi pada usia anak-anak. Karena itu, pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur kemanusiaan (pengembangan intelegensi, karakter, kreativitas, moral, dan kasih sayang) sangatlah perlu diberikan pada anak usia dini.
Disadari atau tidak, kebanyakan sekolah tingkat dasar di tanah air saat ini sedang melaksanakan program yang disebut sebagai “full day“. Sekolah ini mendapat respon positif dari sebagian masyarakat modern yang sibuk bekerja di luar rumah. Orangtua memasukkan anak ke fullday school dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan perkembangan anak, mengajarkan agama dan moral kepada anak, dan mengoptimalkan perkembangan anak.
B.     Pengertian Fullday School dan Terpadu
Kata fullday school berasal dari Bahasa Inggris, yakni dari kata fullday dan school. Fullday artinya hari sibuk[1] dan kata school artinya sekolah.[2] Fullday school berarti sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang diberlakukan dari pukul 06.45-15.00 WIB, dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Sekolah bisa leluasa mengatur jadwal pelajaran menyesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan model-model pendalamannya. Pelajaran yang tingkat kesulitanya tinggi ditempatkan pada pagi hari dan pelajaran yang tingkat kesulitannya sedang atau rendah ditempatkan pada siang atau sore hari.[3]
Fullday school menurut Sukur Basuki adalah sekolah yang sebagian waktunya digunakan untuk program-program pembelajaran dalam suasana informal, tidak kaku, menyenangkan bagi peserta didik dan membutuhkan kretifitas dan inovasi dari guru. Dalam hal ini Sukur berpatokan pada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa waktu belajar efektif bagi anak itu hanya 3-4 jam sehari (dalam suasana formal) dan 7-8 jam sehari (dalam suasana informal).[4]
Jam belajar efektif adalah jam belajar yang betul-betul digunakan untuk proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum. Semakin banyak waktu yang digunakan para peserta didik untuk belajar, semakin besar kemungkinan bahwa mereka belajar.[5] Waktu harus digunakan dengan arif dan produktif. Seluruh waktu harus digunakan untuk membantu anak belajar.[6]
Adapun pengertian pendidikan terpadu dapat dijelaskan sebagai berikut:
·         Menurut Muhammad Numan Soemantri, pendidikan terpadu adalah keseluruhan mata pelajaran yang diharapkan dapat tumbuh secara simbiotik, saling mempengaruhi dan memperkaya.[7] Dalam artian adanya keterkaitan satu sama lain, sehingga masing-masing konsep selalu akan memberi kemudahan dan berakses luas terhadap upaya memperkuat cara berpikir intelektual sejalan dengan proses internalisasi nilai agama dan kebudayaan.[8]
·         Menurut Oemar Hamalik, pendidikan terpadu yaitu pendidikan yang bersifat menyeluruh, yang memadukan berbagai disiplin pelajaran yang berpusat pada suatu masalah atau topik, baik teoritis maupun praktis dan memadukan kelembagaan sekolah dan luar sekolah yang mengembangkan program terpadu berdasarkan kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat dan yang memadukan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengembangan kepribadian peserta didik yang terintegrasi.[9]
·         Menurut Moh. Kasiram, pendidikan terpadu adalah pendidikan yang utuh antara sains dan agama, keduanya diharapkan dapat berjalan secara berdampingan dan seimbang.[10]
·         Dalam buku yang berjudul Pola Pembinaan Pendidikan Agama Islam terpadu dijelaskan bahwa ada tiga kategori terpadu yaitu: a) Terpadu dalam proses, b) Terpadu dalam materi, dan 3) Terpadu dalam penyelenggaraan.[11]
Sistem pendidikan terpadu ini dirumuskan dengan tujuan untuk menggabungkan keutamaan-keutamaan yang ada pada sistem pendidikan Islam guna meningkatkan kualitas di segala aspek kehidupan, khususnya kualitas intelektualitas yang menjadi sumber penggerak kemajuan.[12] Keterpaduan di sini sesuai dengan prinsip pendidikan Islam yang tidak mengenal pemisahan antara sains dan agama (prinsip integral dan terpadu). Penyatuan antara kedua sistem pendidikan adalah tuntutan akidah Islam.[13]
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan sistem pendidikan fullday school dan terpadu adalah sistem pendidikan dengan waktu belajar sehari penuh yang memadukan berbagai disiplin pelajaran yang berpusat pada suatu masalah atau topik berdasarkan kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat dan yang memadukan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengembangan kepribadian peserta didik yang terintegrasi.
C.    Latar Belakang Munculnya Fullday School dan Terpadu
Pada dasarnya sistem pendidikan fullday school dan terpadu muncul karena beberapa alasan, baik akademis maupun sosiologis. Secara akademis, sistem pendidikan fullday school dan terpadu dimaksudkan untuk meningkatkan volume dan mutu hasil belajar dengan menyediakan waktu belajar yang lebih lama di sekolah.
Secara sosiologis, sistem pendidikan ini merupakan salah satu bentuk reaksi sekolah terhadap tuntutan globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jika hal ini tidak ditanggapi secara bijak maka anak-anak didik bisa menjadi korbannya, terutama dampak dari teknologi komunikasi. Dengan semakin canggihnya perkembangan di dunia komunikasi, dunia seolah-olah menjadi tanpa batas (borderless world). Informasi begitu derasnya masuk ke rumah-rumah kita.
Masyarakat (baca: masyarakat perkotaan) memiliki tingkat mobilitas yang sangat tinggi. Orang tua meninggalkan rumah untuk bekerja pukul 06.00 dan kembali ke rumah menjelang malam hari. Banyak orang tua yang terlalu sibuk bekerja di luar rumah sehingga tidak bisa mengawasi pendidikan putra putrinya secara maksimal. Di sisi lain, sekolah dengan sistem pendidikan Halfday School (sekolah tengah hari) cenderung kurang bahkan tidak memperhatikan anak didiknya ketika berada di luar sekolah. Ketika anak didik sudah pulang dari sekolah maka tanggung jawab pendidikan ada di tangan orang tua atau keluarga.
Dari sinilah banyak problem baru bermunculan, seperti kenakalan anak yang bersifat kriminal atau melanggar asusila. Kenakalan anak semakin hari semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa media massa yang di dalamnya tidak jarang memuat tentang penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh kaum pelajar, seperti adanya pergaulan bebas, minum-minuman keras, konsumsi obat-obatan terlarang dan sebagainya. Hal tersebut merupakan akibat dari kurang terkontrolnya pergaulan anak dari pihak sekolah maupun pihak keluarga.
Sistem pendidikan fullday school dan terpadu lahir sebagai salah satu solusi alternatif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, baik dalam hal prestasi maupun moral. Sistem pendidikan Fullday School dan Terpadu mengutamakan pembentukan kepribadian untuk menanamkan nilai-nilai yang positif. Di samping menjawab kebutuhan masyarakat yang telah disebutkan di atas, yakni padatnya tugas pekerjaan keseharian orang tua namun menginginkan pendidikan yang berkualitas, sistem pendidikan fullday school dan terpadu juga dilatarbelakangi oleh semangat otonomi daerah.
Sesuai dengan semangat otonomi, pendidikan diberikan kewenangan untuk mengatur dirinya sendiri sesuai dengan semangat yang ada di daerah. Masyarakat diberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkan intensiatifnya dalam pengelolaan lembaga pendidikan di daerah sesuai dengan latar budayanya. Pemerintah pusat cukup memberikan kurikulum standar nasional, sedangkan pengembangannya diserahkan kepada daerah, terutama dalam menentukan muatan lokal.[14]
D.    Tujuan Fullday School dan Terpadu
Secara umum dapat dijelaskan bahwa tujuan sistem pendidikan fullday school dan terpadu adalah untuk memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan/ Intelegence Quotient (IQ), Emosional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) dengan berbagai inovasi yang efektif dan aktual. Kurikulumnya didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari perkembangan ini yakni untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup integritas dan kondisi tiga ranah (ranah kognitif, afektif dan psikomotorik).
Sistem pendidikan fullday school dan terpadu merupakan bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk seorang peserta didik yang berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek ketrampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik dan islami (untuk sekolah-sekolah Islam atau madrasah). Dengan adanya garis-garis besar program dalam sistem fullday school dan terpadu, sekolah yang melaksanakan program ini diharapakan dapat mencapai target tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan yang melaksanakan sistem pendidikan fullday school dan terpadu.[15]
Adapun garis-garis besar program fullday school dan terpadu (untuk sekolah-sekolah Islam atau madrasah) adalah sebagai berikut:[16]
1.      Membentuk sikap yang Islami
a.       Pembentukan sikap yang Islami
1)      Pengetahuan dasar tentang Iman, Islam dan Ihsan
2)      Pengetahuan dasar tentang akhlak terpuji dan tercela
3)      Kecintaan kepada Allah dan Rosul-Nya
4)      Kebanggaan kepada Islam dan semangat memperjuangkannya
b.      Pembiasaan berbudaya Islam
1)      Gemar beribadah
2)      Gemar belajar
3)      Disiplin
4)      Kreatif
5)      Mandiri
6)      Hidup bersih dan sehat
7)      Beradab Islami
2.      Penguasaan Pengetahuan dan Ketrampilan
a.       Pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan
b.      Mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari
c.       Mengetahui dan terampil baca dan tulis Al-Qur'an
d.      Memahami secara sederhana isi kandungan amaliah sehari-hari
E.     Fungsi Fullday School dan Terpadu
Dilihat dari pengertian dan tujuan pendidikan terpadu sebagaimana tersebut di atas maka dapat dikemukakan beberapa fungsi sistem pendidikan fullday school dan terpadu sebagai berikut:
1.      Menghindari pemisahan-pemisahan pengetahuan.
2.      Memberikan kemungkinan bagi guru dan peserta didik untuk memanfaatkan waktu secara efisien dan efektif karena peserta didik dan guru bekerjasama penuh dan bermakna.[17]
3.      Memberikan peluang bagi peserta didik untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan.[18]
4.      Memudahkan peserta didik untuk menghubungkan dan mengorganisasikan ide-ide, konsep-konsep dan kemampuan-kemampuan yang sedang diajarkan sehingga akan terjadi transfer pemahaman dari suatu konteks ke konteks yang lainnya.[19]
F.     Karakteristik Fullday School dan Terpadu
Karakteristik yang paling mendasar dalam sistem pendidikan fullday school dan terpadu adalah proses integrated activity and integrated curriculum dengan metode pengajaran yang menarik minat, kreatif, dan inovatif disertai pengayaan (enrichment dan remedial). Fullday school dan terpadu bisa dikatakan “pendidikan sepanjang hari” yang tidak hanya di kelas tetapi terintegrasi antara program kurikulum dengan seluruh sisi-sisi kehidupan anak selama di sekolah.[20] Pergaulan anak terpantau sehingga kepribadian pun terjaga. Semuanya berada di bawah pengawasan dan bimbingan guru.
Kurikulum yang digunakan di fullday school adalah kurikulum integratif[21] artinya mengintegrasikan kurikulum pendidikan umum dan agama, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif. Pengertian kuantitatif berarti memberiakan porsi pendidikan umum dan agama secara seimbang. Sementara pengertian kualitatif berarti menjadikan pendidikan umum diperkaya dengan perspektif agama, dan pendidikan agama diperkaya dengan pendidikan umum. Dengan memadukan kurikulum umum dan agama dalam suatu jalinan kegiatan belajar mengajar, maka diharapkan peserta didik dapat memahami esensi ilmu dalam perspektif yang utuh, mengetahui sesuatu untuk tujuan manfaat dan maslahat, dan mengamalkan keimanan dengan ilmu dan pengetahuan yang luas.
Dilihat dari bahannya, kurikulum terpadu atau integrated curriculum adalah sebagai berikut:
1.      Bahan disajikan secara menyeluruh.
2.      Sumber bahan tidak hanya terbatas pada buku sumber, bahkan mementingkan sumber dari pengalaman baik dari pihak guru maupun dari pihak peserta didik.
3.      Bahan langsung berhubungan dengan masalah yang diperlukan oleh peserta didik di masyarakat.
4.      Bahan ditentukan secara demokratis antara guru dengan peserta didiknya.
5.      Bahan dapat diambil dari hal-hal yang dianggap aktual dan memperhatikan situasi dan kondisi sekitar.
Konsep awal dibentuknya program fullday school dan terpadu bukanlah menambah materi ajar dan jam pelajaran yang sudah ditetapkan oleh Depdiknas seperti yang ada dalam kurikulum, melainkan tambahan jam sekolah digunakan untuk pengayaan materi ajar yang disampaikan dengan metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Adapun tujuannya adalah untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan, menyelesaikan tugas dengan bimbingan guru, serta pembinaan mental, jiwa dan moral anak.
Karakteristik berikutnya adalah jam belajar yang digunakan di fullday school lebih lama dibandingkan dengan sekolah biasa. Pelajarannya lebih banyak dan lebih variatif dan dikemas sedemikian rupa agar terasa menyenangkan. Selain itu, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dan keagamaan medapat porsi lebih besar. Selain teori, anak didik langsung diperkenalkan dengan praktek di lapangan. Klasifikasi jam efektif belajar di fullday school pada sekolah dasar adalah sebagai berikut:
Ø  Kelas 1 sampai kelas 2, jam efektif belajar adalah mulai jam 07.00 WIB sampai dengan jam 13.00 WIB
Ø  Kelas 3 sampai kelals 6, jam efektif belajar adalah mulai jam 07.00 WIB sampai dengan jam 15.30 WIB.
Dalam penyusunan program semester, rincian pokok bahasan menjadi sub atau sub-sub pokok bahasan perlu juga memperhatikan waktu yang tersedia. Kalau waktu yang tersedia cukup banyak, maka sub pokok bahasan yang akan disampaikan dapat lebih banyak, tetapi apabila waktu sedikit maka sub pokok bahasan dibatasi.[22]
Meski aktifitas anak lebih banyak dilakukan di sekolah namun proses pembelajaran tidak membosankan karena proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas melainkan juga di luar kelas. Peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih tempat belajar seperti di taman sekolah, tempat parkir, kantin maupun di alam bebas. Dengan demikian, peserta didik tidak merasa terbebani oleh lamanya waktu belajar di sekolah sebab model pembelajaran fullday school dan terpadu menggunakan metode pembelajaran dialogis-emansipatoris.
Sekolah yang menerapkan sistem pendidikan fullday school dan terpadu, dalam melaksanakan pembelajarannya bervariasi, baik ditinjau dari segi waktu yang dijadwalkan maupun kurikulum yang digunakan. Namun pada prinsipnya tetap mengacu pada penanaman nilai-nilai agama dan akhlak yang mulia sebagai bekal kehiduapan mendatang di samping tetap pada tujuan lembaga berupa pendidikan yang berkualitas.[23] Selain itu, disyaratkan pula memenuhi kriteria sekolah efektif dan mampu mengelola dan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk mencapai keberhasilan tujuan lembaga berupa lulusan yang berkualitas secara efektif dan efisien.
G.    Pengembangan Pendidikan Islam dengan Fullday School dan Terpadu
Pendidikan Islam perlu membuat lembaga pendidikan yang bisa menghasilkan anak didik yang beraqidah baik, mempunyai akhlaqul karimah, mendalam ilmunya, disiplin dalam kesehariannya, baik dalam pergaulan sosialnya, dan mempunyai jiwa mandiri. Dengan semangat kebersamaan, lembaga pendidikan Islam harus mulai membangun pendidikan milik sendiri yang maju, serius, kerja keras serta bisa menghasilkan out put sebagaimana disebutkan di atas. Lembaga pendidikan Islam perlu membangunnya dalam realitas kekinian, yakni dalam wujud sekolah fullday school dan terpadu.
Saat ini, banyak orang tua yang berminat menyekolahkan anaknya di lembaga-lembaga pendidikan Islam dengan sistem fullday school dan terpadu. Para pendidik di sekolah-sekolah Islam dengan sistem fullday school dan terpadu tidak perlu diragukan lagi kemampuan akademiknya, apalagi kualitas penguasaan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ilmu-ilmu keislaman dan nilai-nilai islamiahnya. Perlu keseriusan dan disiplin pendidik untuk menegakkan kedisiplinan peserta didik di sekolah.
Alasan positif yang dapat dikemukakan bila program fullday school dilaksanakan, yaitu anak didik akan menghabiskan waktunya hampir sehari penuh bersama guru dan temannya, yang kemudian dapat membentuk tata pergaulan dalam suasana interaksi dan sosialisasi yang bernuansa akademis. Di samping itu, anak didik juga terhindar dari tawuran antarsekolah dan kegiatan yang tak bermanfaat di rumah. Peserta didik melaksanakan sholat dzuhur dan asar berjamaah di sekolah, berbaju muslim/ muslimah dan belajar al-Qur’an setiap hari.
Sedangkan dampak negatif program fullday school adalah anak didik akan kelelahan setiba di rumah, kemudian tidur, dan malamnya pun mereka dituntut untuk belajar. Artinya, dengan dilaksanakannya program fullday school di sekolah, waktu di rumah untuk anak-anak menjadi tidak efektif. Oleh sebab itu, dituntut kearifan para orang tua di rumah. Meskipun demikian, program fullday school dinilai lebih banyak manfaatnya, karenanya ia terus dipraktekkan. Alasan lain dari perlunya program fullday school adalah untuk memacu perkembangan sumber daya manusia.
H.    Kesimpulan
Sistem pendidikan fullday school dan terpadu adalah sistem pendidikan dengan waktu belajar sehari penuh yang memadukan berbagai disiplin pelajaran yang berpusat pada suatu masalah atau topik berdasarkan kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat dan yang memadukan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengembangan kepribadian peserta didik yang terintegrasi.
Pada dasarnya sistem pendidikan fullday school dan terpadu muncul karena beberapa alasan, baik akademis maupun sosiologis. Sistem pendidikan fullday school dan terpadu merupakan sistem pendidikan yang efektif untuk menjawab permasalahan-permasalahan pendidikan, baik dalam hal prestasi maupun moral. Sistem pendidikan fullday school dan terpadu mengutamakan pembentukan kepribadian untuk menanamkan nilai-nilai yang positif. Di samping itu, sistem pendidikan fullday school dan terpadu juga dilatarbelakangi oleh semangat otonomi daerah.
Karakteristik yang paling mendasar dalam sistem pendidikan fullday school dan terpadu adalah proses integrated activity and integrated curriculum dengan metode pengajaran yang menarik minat, kreatif, dan inovatif disertai pengayaan (enrichment dan remedial).




[1] John M.Echols and Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, cet. ke-18 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), 260.
[2] Ibid., 504.
[3] Malang Post, Senin, 29 juli 2002.
[4] Sukur Basuki, Harus Proporsional sesuai Jenis dan Jenjang Sekolah (http://www.strkN1lmj.sch. id/? diakses 4 Mei 2013)
[5] Nick Cowell dan Roy Garnen, Teknik Pengembangan Guru dan Peserta didik, peny. Setyani D. Sjah (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indineia, 1995 ), 40.
[6] Ibid., 41.
[7] Muhammad Numan Soemantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), 128.
[8] Ibid, 122.
[9] Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Srategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA (Bandung: Sinar Baru, 2001), 145.
[10] Moh. Kasiram, Pendidikan Sains Terpadu Sebagai Akselelator Kebangkitan Sains Islam, 22.
[11] Departemen Agama Republik Indonesia, Pola Pembinaan Pendidikan Agama Islam Terpadu (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam, 1995), 03.
[12] Hilmy Bakar Almascaty, Membangun Kembali Sistem Pendidikan Kaum Muslimin  (Jakarta: Universitas Islam Azzahro Press, 2000), 34.
[13] Ramayulis, Ilmu Pendidkan Islam, cet ke-2 (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 11.
[14] Sehudin, Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Fullday School terhadap Akhlak Peserta didik, Skripsi (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel, 2005), 18.
[15] Ibid., 16.
[16] Ibid., 17.
[17] Hamalik, Pendekatan Baru, 147.
[18] Ujang Sukandi, Belajar Aktif dan Terpadu, Apa, Mengapa dan bagaimana (Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2003), 111.
[19] Muh. Faisal, Pembelajran Terpadu, dalam Ekspose Penelitian Hukum dan Pendidikan, Jurnal STAIN Watampone, 62.
[20] Profil SD Al-Muttaqin Tasikmalaya (http://www.sd-almuttaqinasikmalaya.sch.id/index_files/
page354.htm diakses tanggal 04 Mei 2013)
[21] Tabloid Nurani edisi 173, tahun IV / 08-14 April 2004, 14.
[22] Ibrahim,dkk., Perencanaan Pengajaran, Cet.I (Jakarta: Rineka Cipta bekerjasama dengan Depdikbud,1996), 63.
[23] Moch. Romli, Manajemen Pembelajaran di Sekolah Dasar Fullday School, Disertasi (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004), 18.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar