Plus Minus e-hajj

Pemerintah Arab Saudi mulai memberlakukan e-hajj (sistem haji elektronik) secara intensif tahun ini. Ada plus minus dalam penerapan e-hajj dan bagaimana sistem ini bekerja?

E-hajj adalah sistem informasi haji dan umrah yang terintegrasi dengan sejumlah negara lain. Di Indonesia, implementasi e-hajj dikenal sebagai Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat). Dalam E-hajj, sistem penyelenggaraan haji yang berbasis elektronik ini diterapkan secara seragam dan serentak. Saat mengisi e-hajj, maka harus diisikan nama pemegang paspor, lokasi pemondokan, moda transportasi yang digunakan, perusahaan katering yang disewa, dan jaminan kesehatan. Namun karena masih tahap awal penerapan, sistem ini masih belum sempurna.
Berikut Plus Minus penerapan e -hajj
+ Perubahan pengurusan visa dengan penerapan sistem e-hajj yang diberlakukan untuk semua negara menuntut akurasi data yang tinggi. Ada sedikit kesalahan saja bisa jadi persoalan di pengurusan visanya.
+ Transparansi dalam penerapan e-hajj akan meminimalisasi kongkalikong antara oknum dan petugas yang ingin mengambil keuntungan pribadi dalam penyelenggaraan haji dan pada akhirnya memberikan manfaat pada jamaah.
+ e-hajj berorientasi untuk kemudahan jamaah dan peningkatan kualitas layanan jamaah yang jumlahnya ratusan ribu.
+ Dengan e-hajj, kepastian pelayanan dari segala aspek dapat ditingkatkan. Secara detail, informasi pelayanan dapat ditampilkan dan diakses masing-masing jamaah secara mudah. Misalnya, jamaah haji menjadi mudah mengetahui kapan mereka berangkat, menggunakan pesawat apa, dan berapa nomor tempat duduk di pesawat. Informasi bus yang akan mengangkut mereka dari airport, nama hotel, atau pemondokan yang akan ditempati baik di Makkah, Madinah, maupun Jeddah, tenda nomor berapa yang akan mereka tempati di Arafah dan Mina hingga tanggal pemulangan dan pesawat apa yang ditumpangi. Semua itu akan dapat diakses dengan mudah.
+ E-hajj akan membuat layanan administrasi cepat dan praktis di bandara.
+ Program e-hajj dilengkapi fasilitas canggih berupa kartu yang dilengkapi biometri dan berfungsi merekam serta menyimpan berbagai informasi soal pelayanan haji. Biometri juga dapat dipakai untuk mendeteksi jamaah apakah sudah pernah berangkat haji atau belum. Dengan sistem tersebut, antrean panjang jamaah hingga 10 tahun, bahkan belasan tahun dapat dikurangi dengan program pencegahan sementara bagi orang yang sudah pergi haji.
- Pelaksanaannya dinilai belum efektif untuk sistem transportasi jamaah calon haji. Pegawai Naqoba masih terlihat sibuk menempel stiker barcode di paspor jamaah calon haji asal Indonesia sesaat ketika mendarat di Bandara International King Abdul Aziz, Jeddah, sehingga prosesnya memakan waktu lama. Padahal, sistem e-hajj sudah berjalan efektif dalam proses imigrasi. Penerapan sistem e-hajj seharusnya membuat stiker dengan barcode Naqoba (Organda di Arab Saudi) tidak perlu ditempel lagi saat jamaah sudah turun dari pesawat
- Dengan sistem e-hajj, proses pemvisaan setiap jamaah haji harus detail datanya, baik  penerbangan, pemondokan dan lain-lain. Ini sedikit menyulitkan.
- Alhasil ada ratusan jemaah haji yang visanya tertunda keluar. Karena visanya tertunda keluar maka keberangkatannya pun tertuda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar